selamat datang dan terima kasih atas kunjungannya

Kamis, 18 Februari 2010

Bukan Hanya Tugas Ibu

Suatu hari si Fulan kecil tiba-tiba menjadi anak yang begitu sulit diatur. Segala keinginan yang tidak dikabulkan, akan menjadi pemicu berbagai tindakan negatif pada dirinya. Menendang segala hal yang ada di depannya, memukul dan menyakiti adik dan teman mainnya, egois, dan maunya menang sendiri.

Ibunya yang lemah lembut dan penyabar, selalu mencoba untuk menasehati dan membimbing anaknya ke arah yang lebih baik, namun hasilnya tak seperti yang diharapkan. Anak tetap berperilaku seperti semula, bahkan kadang meningkat kepada hal-hal yang membahayakan.

Ayah yang sibuk bekerja, pergi pagi pulang malam merasa kesal dan kecewa melihat perilaku anak, menganggap istri tidak becus dalam mendidik, menyalahkan, dan memarahi istri. Lalu mengambil sikap untuk mengurangi interaksi dengan anaknya, agar tidak menyaksikan perilaku buruknya.

Si ibu menangis merasa sakit hati. Usaha sekuat tenaga mendidik anak dengan baik, mencoba untuk selalu bersabar melihat perilaku negatif anak yang tidak diharapkan, sambil mengesampingkan keinginan untuk mengembangkan diri dan mengusir jauh-jauh rasa jenuh dan sepi yang setiap hari hinggap di benaknya, masih pula mendapat marah dan disalahkan. Seolah kesalahan sepenuhnya ada padanya. Bebanpun semakin terasa berat.

Sementara, di hari libur suami lebih memilih untuk istirahat di rumah, menghapus lelah selama sepekan. Padahal, istri ingin jalan-jalan ke luar bersama suami dan anak-anak untuk sekedar melepaskan kejenuhan, melihat suasana baru, menjernihkan fikiran dan pandangan mata.


Masih banyak orang yang menganggap, pendidikan anak adalah tugas ibu semata. Segala hal yang menyangkut anak diserahkan sepenuhnya ke pundak ibu. Urusan makan dengan ibu, urusan belajar dengan ibu, urusan sekolah pun dengan ibu. Sementara ayah hanya berkonsentrasi kepada pekerjaan mencari nafkah, dan tak mau ambil pusing terhadap pendidikan anak, namun ingin melihat hasil yang selalu baik. Sehingga, ketika melihat anak berkembang tidak seperti yang diharapkan, hanya ibu yang disalahkan.


Anak adalah amanah Allah bagi setiap orang tua, ibu dan ayahnya. Ia dititipkan kepada kita untuk diasuh, dididik, dan dibimbing menjadi anak yang sholeh dan shalihah. Dijadikan sebagai bagian dari komunitas muslim, penerus risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang akan sangat bangga dengan umatnya yang kuat, dan banyak.

Pendidikan anak menjadi tanggung jawab bersama, antara seorang ibu, seorang ayah, dan masyarakat. Mendidik anak bukanlah hanya tugas seorang ibu semata, walau pada kenyataannya ibu lah yang lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak. Namun pendidikan anak adalah merupakan tugas pertama dari seorang ayah, karena ayah yang menjadi pemimpin keluarga. Ibu hanyalah pemimpin di bawah kepemimpinan seorang ayah.

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya (Shahih Muslim).

Seorang suami bertanggung jawab dan akan ditanya tentang istri dan anak-anaknya, sementara istri akan ditanya tentang rumah tangga dan anak-anaknya.

Karenanya, tidak adil bila seorang ayah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada ibu, dan tak adil pula ketika dalam perkembangannya anak berubah menjadi anak yang kurang sholeh, kemudian menyandarkan kesalahan kepada ibu.

Proses mendidik dan memantau perkembangan anak hendaknya dilakukan bersama, tidak diserahkan kepada salah satu pihak saja. Sehingga ketika terjadi ketidak berhasilanpun, ditanggung dan dicari solusi bersama-sama.

Ketika Rasululloh SAW ditanya tentang peranan kedua orang tua, maka beliau menjawab : "Mereka adalah yang menyebabkan syurgamu atau nerakamu" ( HR. Ath Thabrani ).

Anak membutuhkan dua figur sekaligus dalam kehidupannya. Yaitu figur ayah dan figur ibu.

Dari seorang ayah dia akan belajar bagaimana memimpin, bertanggung jawab dan bekerja mencari nafkah. Dari seorang ibu dia akan belajar berkasih sayang, kelemahlembutan, dan melayani.

Sebuah kombinasi yang sangat serasi, bila semua figur ini dapat bekerja bersama-sama, dan menjadi contoh langsung. Sehingga anak mendapat gambaran yang jelas, bagaimana dia dapat membina dan mengembangkan dirinya menuju kehidupan masa depan yang lebih baik. Jadi, mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu saja, tapi tugas ibu dan ayah bersama-sama.

Walloohu a'lam bishshowwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar