selamat datang dan terima kasih atas kunjungannya

Rabu, 19 Mei 2010

cinta dan perkawinan


Pada suatu hari, Plato bertanya kepada gurunya

" apa itu cinta ? bagaimana saya bisa menemukannya? "

gurunya pun menjawab

"ada ladang gandung yang luas didepan sana, berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambilah satu ranting saja, jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menabjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta "

lalu plato pun berjalan dan tidak lama kemudian dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun lalu gurunya bertanya

"mengapa kamu tidak membawa satupun ranting ? "

plato menjawab

"aku hanya boleh membawa satu ranting saja, dan pada saat berjalan tidak boleh mundur kembali, sebenarnya aku telah menemukan yang paling menabjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih menabjubkan lagi didepan sana, jadi tidak aku ambil ranting tersebut, saat ku lanjutkan berjalan jauh lagi, baru ku sadari bahwasannya ranting - ranting yang kutemukan, tidak sebagus ranting yang tadi, jadi tidak aku ambil sebatang pun pada akhirnya "

gurunya menjawab

"itulah cinta"

pada hari yang lain plato bertanya lagi kepada gurunya

"apa tu perkawinan? bagaimana aku bisa menemukannya?"

gurunya pun menjawab

"ada hutan yang subur disana, berjalanlah tanpa boleh mundur kembali, dan kamu hanya boleh mebenang satu pohon saja, dan tebanglah jika kamu telah menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

plato pun menjawab

"sebab bedasarkan pengalaman ku sebelumnya setelelah menjelajahi hampir setengah ladang gandum, ternyata aku kembali dengan tangan kosong, jadi kesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan aku rasa tidak buruk buruk amat, jadi aku putuskan untuk menebangnya dan membawa kesini, aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya "

gurunya pun menjawab

"dan ya itulah perkawinan"

"cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan, cinta adanya hanya dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih"

"ketika pengharapan dan keinginan yang berlebihan akan cinta, maka yang didapat hanya hampa "

"tiada sesuatupun yang didapat dan tidak dapat dimundurkan kembali"

"waktu dan massa tidak dapat berputar mundur, terimalah cinta apa adanya"

"perkawinan adalah kelanjutan dari cinta, adalah suatu proses mendapatkan kesempatan"

"ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatanuntuk mendapatkannya, ketika kesempurnaan yang ingin engkau dapatkan, maka sia sia lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hampa adanya"
Readmore → cinta dan perkawinan

Kamis, 18 Februari 2010

Bukan Hanya Tugas Ibu

Suatu hari si Fulan kecil tiba-tiba menjadi anak yang begitu sulit diatur. Segala keinginan yang tidak dikabulkan, akan menjadi pemicu berbagai tindakan negatif pada dirinya. Menendang segala hal yang ada di depannya, memukul dan menyakiti adik dan teman mainnya, egois, dan maunya menang sendiri.

Ibunya yang lemah lembut dan penyabar, selalu mencoba untuk menasehati dan membimbing anaknya ke arah yang lebih baik, namun hasilnya tak seperti yang diharapkan. Anak tetap berperilaku seperti semula, bahkan kadang meningkat kepada hal-hal yang membahayakan.

Ayah yang sibuk bekerja, pergi pagi pulang malam merasa kesal dan kecewa melihat perilaku anak, menganggap istri tidak becus dalam mendidik, menyalahkan, dan memarahi istri. Lalu mengambil sikap untuk mengurangi interaksi dengan anaknya, agar tidak menyaksikan perilaku buruknya.

Si ibu menangis merasa sakit hati. Usaha sekuat tenaga mendidik anak dengan baik, mencoba untuk selalu bersabar melihat perilaku negatif anak yang tidak diharapkan, sambil mengesampingkan keinginan untuk mengembangkan diri dan mengusir jauh-jauh rasa jenuh dan sepi yang setiap hari hinggap di benaknya, masih pula mendapat marah dan disalahkan. Seolah kesalahan sepenuhnya ada padanya. Bebanpun semakin terasa berat.

Sementara, di hari libur suami lebih memilih untuk istirahat di rumah, menghapus lelah selama sepekan. Padahal, istri ingin jalan-jalan ke luar bersama suami dan anak-anak untuk sekedar melepaskan kejenuhan, melihat suasana baru, menjernihkan fikiran dan pandangan mata.


Masih banyak orang yang menganggap, pendidikan anak adalah tugas ibu semata. Segala hal yang menyangkut anak diserahkan sepenuhnya ke pundak ibu. Urusan makan dengan ibu, urusan belajar dengan ibu, urusan sekolah pun dengan ibu. Sementara ayah hanya berkonsentrasi kepada pekerjaan mencari nafkah, dan tak mau ambil pusing terhadap pendidikan anak, namun ingin melihat hasil yang selalu baik. Sehingga, ketika melihat anak berkembang tidak seperti yang diharapkan, hanya ibu yang disalahkan.


Anak adalah amanah Allah bagi setiap orang tua, ibu dan ayahnya. Ia dititipkan kepada kita untuk diasuh, dididik, dan dibimbing menjadi anak yang sholeh dan shalihah. Dijadikan sebagai bagian dari komunitas muslim, penerus risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang akan sangat bangga dengan umatnya yang kuat, dan banyak.

Pendidikan anak menjadi tanggung jawab bersama, antara seorang ibu, seorang ayah, dan masyarakat. Mendidik anak bukanlah hanya tugas seorang ibu semata, walau pada kenyataannya ibu lah yang lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak. Namun pendidikan anak adalah merupakan tugas pertama dari seorang ayah, karena ayah yang menjadi pemimpin keluarga. Ibu hanyalah pemimpin di bawah kepemimpinan seorang ayah.

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya (Shahih Muslim).

Seorang suami bertanggung jawab dan akan ditanya tentang istri dan anak-anaknya, sementara istri akan ditanya tentang rumah tangga dan anak-anaknya.

Karenanya, tidak adil bila seorang ayah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada ibu, dan tak adil pula ketika dalam perkembangannya anak berubah menjadi anak yang kurang sholeh, kemudian menyandarkan kesalahan kepada ibu.

Proses mendidik dan memantau perkembangan anak hendaknya dilakukan bersama, tidak diserahkan kepada salah satu pihak saja. Sehingga ketika terjadi ketidak berhasilanpun, ditanggung dan dicari solusi bersama-sama.

Ketika Rasululloh SAW ditanya tentang peranan kedua orang tua, maka beliau menjawab : "Mereka adalah yang menyebabkan syurgamu atau nerakamu" ( HR. Ath Thabrani ).

Anak membutuhkan dua figur sekaligus dalam kehidupannya. Yaitu figur ayah dan figur ibu.

Dari seorang ayah dia akan belajar bagaimana memimpin, bertanggung jawab dan bekerja mencari nafkah. Dari seorang ibu dia akan belajar berkasih sayang, kelemahlembutan, dan melayani.

Sebuah kombinasi yang sangat serasi, bila semua figur ini dapat bekerja bersama-sama, dan menjadi contoh langsung. Sehingga anak mendapat gambaran yang jelas, bagaimana dia dapat membina dan mengembangkan dirinya menuju kehidupan masa depan yang lebih baik. Jadi, mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu saja, tapi tugas ibu dan ayah bersama-sama.

Walloohu a'lam bishshowwab.
Readmore → Bukan Hanya Tugas Ibu

Cinta Meranggas Aqidah

Menunggu memang melelahkan jiwa. Pangeran yang dinanti pun entah di mana gerangannya. Namun... Tidaklah sebanding artinya kalau kau gadaikan aqidah hanya karena gundah gulana Bukankah kekanda kelak juga ada di surga? Lalu mengapa tak tunggu saja ia datang berkereta kencana bertahta emas permata?

Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Sedih dan pedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.

Saat temaram rembulan menyuguhkan hidangan, terlintas sekelebat bayang. Disibaknya kegelapan, namun entah di mana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam. Kebisuan yang menusuk-nusuk membuat kedukaan semakin berat, bahkan menghujamkan akal dan aqidah. Air mata semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah. Namun jiwa ini lemah, bening air yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, ke pipi, hingga membasahi sarung bantal dan kapuk di dalamnya.

Cinta...
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian karena cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan belahan jiwa yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang, penuh luapan cinta.

Namun, impian berbeda dengan kenyataan. Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri dan masih saja sendiri. Duhai belahan hati, entah di mana kekanda bersembunyi.

Cinta dan impian untuk membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun tatkala ia belum menyapa janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh itu adalah harta yang tak ternilai harganya.

Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah.

Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." [Al Baqarah: 221].

Cinta akan membentuk sebuah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah karena kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselubung halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah. Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.

Kelak, dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu rukuk dan sujud? Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki-lakimu bertanya, mengapa ayah tidak menghadiri sholat Jum'at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya? Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bismillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus? Juga, mengapa Tuhannya ayah ada 3 sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad... ahad... ahad...?

Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak pertanyaan lagi dari buah hatimu? Bahkan, sanggupkah engkau menahan murkanya Allah Subhanahu wa Ta'ala?

Duhai jiwa yang lelah...
Saat tanya beruntun mengetuk jiwa, di manakah gerangan kekanda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia. Lantunkan munajat dan do'a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepadaNya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan.

As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa'ika. Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusanMu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajahMu serta kerinduan berjumpa denganMu.

Mohonkan juga kepadaNya, agar Ia menguatkan niat dan azzam kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridho-Nya.

Sabar dan besarkan jiwa. Kalaulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia fana, yakinlah di surga ada kekanda yang setia menunggu hingga saatnya tiba.

Kuatkan hati, tegar dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, ialah aqidah.

WaLlahua'lam bi shawab.
Readmore → Cinta Meranggas Aqidah

Selasa, 02 Februari 2010

Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta

Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap, Kalau saja tak ada air wudhu yang niembasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.

Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tenang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, lulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata rnembelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar. begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita rnenjerit karena cubitannva yanq bikin sakit.

Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada Anda. Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak perna menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan.

Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.

Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu. lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika disaat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?"
Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, rnemandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah. Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar.

Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang suaminya, Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."
Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.

Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. "Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,"kata Rasulullah Saw.

melanjutkan, 'kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. " Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus melaporkan kepadaAllah Taala bagairnana kita menunaikan amanah dari-Nya kah kita mengabaikannya sehingga gurat-guratan dengan cepat rnenggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik bentuk istri, Saya tidak tahu. Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya sudah cukup baik jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai suami. indahya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya. Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya. Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda.
Readmore → Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta

Rihlatulillah

Wahai saudara saudaraku yang sedang menempuh perjalanan panjang,

Antarkan ruh mu hingga mencapai cita citanya

Dan siapkanlah perbekalan untuk menghadapi kematian

Dan siapkan pula untuk menghadapi apa apa di balik kematian itu



Sesungguhnya dunia itu negeri tempat persinggahan

Bukan tempat menetap

Dan sungguh kematian itu suatu kepastian

Yang tidak dapat ditawar lagi

Jika ia tak datang hari ini, mungkin besok, dan jika tidak besok, mungkin lusa



Dosa dosamu itu wahai dikau yang sering tertipu,

Akan dihitung dan dihimpun dengan catatan yang terjaga dan diabadikan

Sementara hati kita lupa , lengah, lalai

Dan Engkau begitu tamak dengan harta

Sehingga engkau disiksa dengan hartamu

Engkau berbangga bangga dengan harta yang tak jelas engkau dapatkan dari mana

Dan engkau terus menerus bergelimang noda dan dosa

Tidaklah engkau ingat kematian yang menjemputmu esok hari dengan tiba tiba ?

Jika sekarang engkau segar bugar

Tidaklah esok pagi hancur binasa

Tidakkah engkau ingat

Kubur yang lahatnya sunyi sepi

Tidakkah engkau ingat

Timbangan amal yang yang dipancangkan dengan penuh keadilan.



Engkau isi hidupmu dengan canda ria dan senda gurau

Padahal jerat jerat kematian siap mencengkram dirimu

Engkau berusaha menahan lepasnya ruh dari persendianmu

Tak ada yang dapat menyelamatkanmu

Tempat laripun tiada



Bagaimana kita merasakan nikmatnya makan dan minum

Bagaimana pula kita bisa hidup bersenang senang

Padahal kubur tempat tinggal yang gelap dan pekat

Tempat tinggal yang mencekam dan sunyi

Tak lama lagi segala kelezatan tak terasa nikmat



Illahi pintaku padamu

Curahkanlah maaf dan rahmatmu

Karena engkaulah penghapus segala dosa

Jangan erngkau bakar tubuh ini dengan api nerakamu ya rabb

Ya Sayyid

betapa lemahnya tubuh ini untuk menerima siksamu

Hanya engkaulah tempat aku menggantungkan harapanku

Engkaulah tempat perlindungan segala makhluk



Duhai dosa dosaku

Engkau telah menjadikan daku terdiam seribu basa

Aku tak tahu apa yang terjadi kelak di hari perhitungan

Betapa banyak nanti pemuda melolong

Orang tua menangisi masa mudanya



Kuburan telah mencabik cabik tubuh dan menggerogoti daging

Taman taman yang indah ditinggalkan

Rumah rumah yang luas telah berganti lubang yang sempit



Wahai calon penghuni kubur

Kenapa engkau sampai tertipu

Tak lama lagi kehidupanmu akan pindah ke kubur

Dan engkau akan berbaring dalam suasana mencekam dalam tanah

Sepi, sunyi, sendiri

Teman setia akan hanya kalbu dan amal amalnya



Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang berwajah cantik didalam kubur nanti

Apakah ia mampu mewnutupi wajah yang cantik itu

Perut mulai membusuk

Serangga serangga tanah berkeliaran di kelopak mata

Tangisilah dirimu sendiri

Tinggalkan canda ria



Jika tanahmenutupi

Adakah kekayaan berguna bagimu

Terasing

Sepi tanpa kawan

Tak ada jalan lagi untuk melepaskan diri



Celakalah saat azab kubur datang

Tak ada tempat untuk menyelamatkanmu dari kematian

Umur akan berkesudahan

Malam dan siang tak dapat lagi dibedakan



Apa yang engkau bawa

Sedang keluarga dan handai taulan meninggalkan

Kesadaran di hari itu tiada guna



Persiapkanlah perbekalanmu dikala engkau kuat dan gagah

Untuk menghadapi masa lemah dan hina

Ambillah perbekalan pada saat engkau lapang dan kaya

Untuk menghadapi saat saat sempit dan fakir

Persiapkan bekal selagi sehat dan hidup

Untuk menghadapi masa sakit dan kematian

Bersiap siaplah untuk menghadapi satuhari dimana wajah wajah menengadah kepada yang maha hidup dan berdiri sendiri



Terasing hidup terasing

Oh dosa dosaku

Aku tak sanggup memikulnya

Betapa malang nasibku

Gelombang dosa begitu dahsyatnya



Kematian sangat ditakuti hamba hamba Allah

Celakalah orang orang yang berlarut larut dalam kesia-siaan

Kedurhakaan

Tak mempersiapkan hari kemudian



Celaka jika ruh bermohon diri

Lalu dihadapkan kepada kesulitan

Dahsyat, keras, mencekam

Serta terbelenggu kelalaian kelalaian semu

Betapa dulu jauh dari Rabb

Mengabaikan perintah perintah Illahi



Tinggallah sesal

Umurku berlalu begitu saja

Tak pernah kupersiapkan kendaraan dan persiapan

Aku tak berbekal amal

Yang melindungiku dari neraka



Engkau membangkang dan tak bersyukur

Berpindah dari satu maksiat ke maksiat lainnya

Sehingga dunia disarati dosa

Kapan engkau akan bertobat



Adakah engkau mengira orang orang yang berlarut larut

Bergelimang dalam dosa akan bahagia

Sekali kali tidak

Tinggalkanlah pembangkangan dan kesombonganmu

Waspada terhadap kematian yang datang tanpa diduga

Bisa jadi dia menjemputmu ketika engkau sedang tidur, berdiri, bermain,

Atau sedang melakukan dosa



Tidakkah engkau lihat korban maut di jalan jalan

Berapa banyak kabar engkau dengar

Tentang orang mati ketika berada dalam segar bugar

Mati tanpa sebab



Jangan tertipu dengan kemudaanmu

Jangan engkau terpedaya dengan kesehatanmu

Jangan engkau Bangga dengan kekayaanmu

Jangan engkau buang percuma waktu luasmu

Beramallah sebelum maut menjemputmu

Karena tak satu jua bisa menghalangimu



Celakalah saat tubuh dimasukkan ke kubur

Tak ada kebahagiaan

Tak ada kasih saying

Gelap, pekat, pengap

Selimut tubuh tanah merah

Dengan bantalan tanah liat

Dan dua orang penanya lalu datang menghampiri



Ah, lebih baik aku dikembalikan saja ke dunia

Aku ingin mengulangi lagi hidupku

Tapi itu hanya angan angan kosong



Tak mungkin bisa bertahan dengan cambukannya

Istri istri sudah dimiliki orang

Harta kekayaan pun sudah di bagi bagi



Setiap jasad dihisab di dalamnya

Berapa banyak malapetaka menghimpitnya

Tanah yang sarat dengan malapetaka

Tanah gulita

Tanah kesendirian

Tanah sepi,

Tanah keterasingan

Tanah pengap

Tak ada lagi yang menemani
Readmore → Rihlatulillah

renungan buat calon suami istri

I. RENUNGAN BUAT CALON SUAMI

Pernikahan atau perkawinan
Menyingkap tabir rahasia
Calon Istri yang akan kamu nikahi
Tidaklah semulia Khadijah
Tidaklah setaqwa Aisyah
Pun tidak setabah Fatimah
Justru Calon Istrimu hanyalah wanita akhir zaman
Yang punya cita-cita Menjadi sholehah

Pernikahan atau perkawinan
Mengajar kita kewajiban bersama
Istri menjadi tanah
kamu langit penaungnya
Istri ladang tanaman
kamu pemagarnya
Istri kiasan ternakan
kamu gembalanya
Istri adalah murid
kamu mursyidnya
Istri bagaikan anak kecil
kamu tempat bermanjanya
Saat Istri menjadi madu
kamu teguklah sepuasnya
Seketika Istri menjadi racun
kamulah penawar bisanya
Seandainya Istri tulang yang bengkok
berhatilah meluruskannya

Pernikahan atau perkawinan
Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana
Justru kamu akan tersentak dari alpa
Kamu bukanlah Rasulullah
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahuwajhah
Cuma suami akhir zaman
Yang berusaha menjadi soleh


II. RENUNGAN BUAT CALON ISTRI

Pernikahan atau perkawinan
Membuka tabir rahasia
Calon Suami yang akan menikahi kamu
Tidaklah semulia Muhammad Saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Pun tidak setabah Ayyub
Atau pun segagah Musa
Apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman
Yang punya cita-cita
Membangun keturunan yang sholeh

Pernikahan atau perkawinan
Mengajar kita kewajiban bersama
Suami menjadi pelindung
kamu penghuninya
Suami adalah nahkoda kapal
kamu navigatornya
Suami bagaikan balita yang nakal
kamu adalah penuntun kenakalannya
Saat Suami menjadi raja
kamu nikmati anggur singgasananya
Seketika Suami menjadi bisa
kamulah penawar obatnya
Seandainya Suami masinis yang lancang
sabarlah memperingatkannya

Pernikahan ataupun Perkawinan
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt
Karena memiliki suami yang tak segagah mana
Justru Kamu akan tersentak dari alpa
Kamu bukanlah Khadijah
yang begitu sempurna di dalam menjaga
Pun bukanlah Hajar
yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman
yang berusaha menjadi solehah
Readmore → renungan buat calon suami istri

Kekurangan yang Membentuk Kemandirian

Kadang, terlihat lelah di wajahmu
Kadang, terlihat senyum di bibirmu
Kadang, terlihat marah di matamu

Ummi, oh aku sayang padamu Terlalu sulit kata-kata kuucapkan untukmu
Ummi, hanya Allah yang dapat membalas kebaikanmu Sabar ya
Ummi, mudah-mudahan surgalah tempatmu

Dari anakmu Naura

(Naura, 6 tahun, Kelas 1 SD)

Puisi di atas adalah milik Naura. Usianya baru enam tahun. Masih duduk di kelas satu SD. Kakak dari seorang bocah laki-laki berusia 4 tahun, itu adalah gadis kecil yang 'dewasa' dalam pandangan saya. Dalam usianya yang masih anak-anak, dia telah melakukan banyak hal yang tak dilakukan oleh rekan-rekan sebayanya. Ibundanya bukanlah wanita karir sebagaimana 'karir' dalam persepsi banyak orang. Bahkan sang Ibu keluar dari pekerjaan kantornya, namun ia berkarir dalam dakwah dan pendidikan anak usia sekolah. Pilihan itu, meski tidak lagi bekerja kantoran, membuatnya jadi harus sering meninggalkan kedua anaknya berdua saja, tanpa pengasuh. Tidak juga dengan bantuan keluarga, karena Ayah dan Bunda Naura berasal dari kota yang jauh dari tempat tinggal mereka saat ini. Sering ditinggalkan oleh ibunya telah membuat Naura menjadi dewasa dan mandiri. Setiap hari sang Bunda 'mendidiknya' dengan catatan di kertas: "makan siang ada di lemari". "Selesai makan jangan lupa bobok siang dan belajar". "Nanti kalau sudah jam 3 mandi, sekalian mandikan adiknya ya". Dengan itu semua, dia belajar mandiri. Usianya baru enam tahun, dan dia telah terampil mengurus diri dan adiknya.

Hal ini juga berlaku pada Hasan dan Azka, dua orang kakak beradik yang ditinggal ibunya bekerja. Karena tidak punya pengasuh, keduanya setiap pulang sekolah menghabiskan waktu berdua, hanya dalam pengawasan tetangga sebelah, ibu dari teman bermain mereka. Awal-awal mereka harus menjalani kesendirian ini membuat mereka tidak berani berdiam di rumah jika bundanya belum pulang. Namun lama-lama sang kakak beradaptasi dengan cepat dan terampil. Dia memimpin adiknya untuk makan dan tidur siang, bahkan kemudian memandikannya, hingga ketika sang bunda pulang, cowok kecil kelas dua SD itu dan adiknya telah rapi. Ya, sang ibu adalah pegawai kantoran yang tiap hari harus meninggalkan mereka, demi mendapat tambahan nafkah dan berbakti pada negara atas beasiswa yang diterimanya dulu.

Bahkan, mengingat masa lalu saya sendiri, sifat kemandirian dan kepemimpinan yang lekat dalam diri saya kini, adalah tak lepas dari kondisi yang saya jalani ketika saya kecil. Saya sudah harus memasak dan berbenah rumah di usia saya yang kelas dua SD, karena ibu saya bekerja menjadi buruh harian, bahkan sejak saya berusia dua bulan.

Lebih banyak tinggal di rumah, mendampingi dan mendidik anak-anak dalam usia SD apalagi balita barangkali merupakan kondisi ideal yang dianjurkan oleh agama dan pakar pendidikan anak juga diharapkan hati terdalam seorang ibu. Siapa yang tak ingin? Namun realitas hidup seringkali berbeda. Dengan sebab utama 'membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga' atau 'menyumbangkan kapasitas diri untuk menjalankan tugas kekhilafahan manusia dan menyebarkan kebaikan bagi ummat' seorang ibu seringkali harus banyak keluar rumah dan meninggalkan anak-anaknya. Tentu saja, pada rentang tertentu hal ini akan menimbulkan rasa bersalah bagi sang bunda, dan juga konsekuensi kurang di beberapa sisi pengasuhan dan pendidikan anak.
Kurang waktu bermain penuh kasih sayang bersama ibu misalnya. Namun di sisi lain, hal ini memiliki banyak keuntungan. Banyak fakta menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak selalu didampingi ibunya tumbuh lebih matang secara emosi, dewasa dan mandiri dibanding dengan mereka yang selalu diasisteni dan ditemani Ibunya dalam segala hal. Seperti Naura, Rahman, Hasan dan Azka yang mandiri di usia mereka yang masih sangat belia.

Karena itu, sesungguhnya 'berkarir' di luar rumah bagi seorang ibu tidak selayaknya selalu disikapi dengan negatif. Selama sang Ibu memahami dan menghayati, bahwa ia, dalam kondisi bagaimanapun, mesti menomorwahidkan pendidikan dan pengasuhan anak. Selama sang bunda memahami dan menghayati bahwa tugas di luar rumah dan pendidikan anak adalah satu hal yang saling mendukung dan perlu disinkronkan. InsyaAllah, pendidikan dan pengasuhan anak masih tetap dapat dioptimalkan, dan di dapatkan pahala dan nilai tambahan dari keluar rumahnya sang bunda.
Dan percayalah, jika 'keluar rumahnya' seorang ibu adalah untuk sebuah alasan yang benar, dapat diterima secara nurani oleh orang dewasa maupun anak-anak, sang ibu tidak akan kehilangan cinta, kepatuhan dan penghargaan dari anak-anaknya. Seperti Naura yang tetap mencintai dan mengagumi, bahkan menghadiahi sang Bunda dengan sebuah puisi indah. Seperti Hasan yang menyambut kedatangan ibunya dengan penuh sukacita. Seperti saya yang selalu menatap Ibu penuh cinta dan kekaguman, atas keperkasaan yang tak lekang ia tunjukkan sepanjang usia saya. Seperti banyak anak lain, yang saya percaya, akan memahami, mencintai, dan mengagumi 'perjuangan' sang Ibu.
Readmore → Kekurangan yang Membentuk Kemandirian

Bukan Sekedar Keinginan

Menikah, siapa sih yang tidak ingin? Sebagai seorang manusia yang mempunyai kebutuhan psikologis dan biologis, wajar rasanya jika kita menginginkannya. Mereka bilang, menikah itu membuat jiwa menjadi tenang, dan pikiran lebih terarah. Apalagi Baginda Rasulullah SAW mengatakan bahwa menikah merupakan sunnah beliau, yang mana sunnah ini akan menggenapkan separuh dari agama kita. Bahkan Rasulullah SAW menjamin bahwa seseorang yang ingin menikah untuk menjaga kehormatannya, termasuk dalam 3 golongan yang Allah wajib untuk menolongnya. Tidakkah sebagai seorang muslim yang baik, janji Rasul ini sangat menggiurkan?

Hmm.. Cinta, tema yang sangat mendunia. Setiap orang pasti pernah mencintai dan dicintai. Cinta kepada orang tua, suami, istri, saudara, anak-anak, sahabat, guru, dan masih panjang lagi daftar nama orang-orang tercinta kita. Ya, cinta itu memang telah dianugerahkan Allah kepada manusia.

Sabda Rasulullah SAW: "Allah memiliki 100 bagian Rahman (kasih), yang satu bagian disebarkannya ke seluruh dunia sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya yang baru lahir ..."

Pernikahan adalah satu-satunya cara yang dihalalkan dalam Islam bagi seorang perempuan dan laki-laki non muhrim untuk menjalin cinta dan kasih.

Tapi menikah itu tidak semudah membalik telapak tangan. Ia adalah proses yang mudah tanpa harus dimudah-mudahkan, sekaligus merupakan suatu proses yang sulit tanpa harus dibuat rumit. Saat seorang laki-laki menyambut pernyataan menikahkan dari seorang wali perempuan dalam ijab kabul pernikahan, saat itulah dimensi baru bagi keduanya dimulai. Seorang perempuan dalam sekejap mempunyai predikat baru sebagai seorang istri, dan seorang laki-laki akan berubah status menjadi seorang suami. Status baru yang mungkin belum terbayangkan sama sekali bagi mereka. Status yang dibelakangnya mengekor beribu konsekuensi yang baru juga.

Ketika kita memutuskan untuk menikah, seharusnya kita telah bersepakat untuk mempertemukan tidak hanya seorang laki-laki dan perempuan, tapi juga dua pemikiran, dua sudut pandang, dua karakteristik, dua kebiasaan, tak lupa juga bahwa kita telah menikahkan dua keluarga besar dan dua kebudayaan. Ibarat sebuah pepatah: Lain ladang, lain belalang. Perbedaan itu pasti akan ada. Maka siap menikah berarti kita siap untuk menerima perbedaan. Perbedaan itu adalah suatu sunnatullah, lalu kenapa kita harus takut untuk berbeda? Sekali lagi, menikah adalah kesiapan untuk menerima perbedaan, kemauan untuk berubah, keinginan untuk mengenal lebih jauh, kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama.

Bukan sekedar keinginan, menikah membutuhkan persiapan yang tidak mudah. Bahkan, ketika pernikahan itu sudah terlaksana pun, proses pembelajaran itu harus tetap kita lakukan. Ada suatu perbedaan besar yang harus kita sadari antara penggunaan kata 'ingin' dan 'siap'. Suatu keinginan yang tidak diikuti oleh proses mempersiapkan diri, ia hanya akan berakhir sebagai suatu mimpi kosong di siang bolong. Sementara, parameter kesiapan setiap orang hanya dirinya dan Allah saja yang tahu. Pun ketika kita melihat seorang laki-laki atau perempuan yang kita anggap cukup siap untuk menikah, ketika keinginan itu tidak tumbuh dalam diri mereka, maka pernikahan itu akan sulit untuk terealisasi. Tentunya, tanpa menafikkan bahwa semua itu berada dalam wilayah kekuasaan Allah. Yaitu untuk menentukan kapan kita akan menikah, di mana, dengan siapa, dan dalam kondisi seperti apa, hanya Allah yang mampu menjawab itu semua...

Ya, semoga pernikahan bukan hanya menjadi keinginan kita belaka, tapi merupakan sesuatu yang kita upayakan dapat terlaksana dalam koridor syari'at-Nya.
Readmore → Bukan Sekedar Keinginan

Senin, 11 Januari 2010

catatan ku

Hal yang paling indah dalam hidupku adalah aku mencintai dan dicintai seseorang, mungkin perasaan ini juga pernah dirasakan juga oleh orang lain.

Kadang saya berpikir “ mengapa didunia ini harus ada cinta?”
“Bagaimana kalau didunia ini tidak ada cinta?”
Setelah saya berpikir dan menyimpulkan bahwa didunia ini harus memang ada cinta “mengapa” karena kalau didunia ini tidak ada cinta entah bagai mana jadinya didunia ini mungkin setiap orang akan sealing membenci satu dengan yang lainnya, mungkin juga akan banyak terjadinya peperangan antar negara, daerah, propinsi, suku, bangsa, bahasa dan agama, coba kita bayangkan saja bagaimana kalau itu semua terjadi, mungkin kita sudah pernah lihat dan mendengarnya seperti kejadian di Aceh yang berperang antar bangsanya sendiri, di Maluku mereka berperang antar agama dan Papua mereka berperang antar suku, sebagian orang sering bertanya tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi, padahal mereka tersebut adalah bersaudara.
Menurut saya hal tersebut terjadi diakibatkan diantar mereka tidak saling mencintai satu sama lain, sehingga mereka dengan mudah diadu domba, “banyangkanlah bagai mana jika didunia ini sudah tidak ada cinta lagi?”, “apa yang akan terjadi pada dunia yang kita miliki? “ mungkin dunia ini akan hancur, karena setiap orang saling benci marah dan dendam.
“Bagaimana caranya supaya hal itu tidak terjadi ? “ sebenarnya hal tersebut bisa kita cegah dengan menanamkan perasan cinta terhadap satu sama yang lain, “mengapa kita harus saling mencintai?” sebenarnya arti cinta itu bukan sekedar hanya mencintai seorang kekasih tapi cinta tersebut sendiri mempunyai arti tersendiri, yaitu cinta terhadap orang yang disayangi, cinta terhadap barang – barang yang dimiliki dan cinta terhadap bangsa.




Kala cinta telah datang maka semua perasaan kita tentang apa yang terjadi baik senang, duka suka maupun cita maka akan sirna dengan begitu saja, begitu besar kekuatan cinta sehingga dapat membuat kita tidak berdaya.

Apalah arti cinta itu sesungguhnya ?
Mengapa cinta itu bisa mengalahkan semua perasaan kita yang ada?
Apakah cinta tersebut bisa membuat bahagia seseorang?
Mengapa cinta tersebut sangat banyak orang yang mencari dan menginginkannya?

Banyak orang yang tidak mengerti arti cinta sesungguhnya, menurut saya arti cinta tersebut adalah sebuah perasaan yang dapat membuat seseorang merasakan bahagia, baik itu untuk orang tua, teman, kekasih atau sesuatu barang berharga yang kita miliki.
Mengapa begitu? Menurut saya cinta tersebut adalah murni dari dalam hati kita dan tidak dapat kita buat buat, misalnya saja kita mencintai orang tua kita, tidak ada seorang pun didunia ini tidak mencintai ibu bapaknya, dan rasa cinta itu pun timbul karena adanya rasa saling sayang diantaranya.

Mengapa cinta tersebut dapat mengalahkan semua perasaan kita yang ada?
Karena kekuatan cinta yang ada didalam diri seseorang bukanlah hal yang bisa datang begitu saja, karena diantara mereka saling mencintai dan menyanyangi mak
Readmore → catatan ku

Minggu, 10 Januari 2010

kata - kata kiasan

Ada 3 hal penting dalam hidup ini.
Pertama adalah kerendahan hati.
Kedua adalah kerendahan hati.
Ketiga adalah kerendahan hati juga.
( Henry James )

Hanya pohon-pohon yang sedang berbuah Yang dilempari dengan batu
( Peribahasa Jepang )

Barang siapa berbuat kebaikan dan tidak mengharapkan pujian serta balasan, maka akhirnya ia justru akan memperoleh keduanya
( William Penn )

Orang yang tidak pernah mengenal kesalahannya tidak pernah mengenal kebaikan dirinya.
( Joan Chittister )

Kekhawatiran adalah musuh utama pengambilan keputusan yang baik. Kekhawatiran, seperti kursi goyang. Dia akan membuat anda terus bergerak namun tidak membawa Anda kemana pun.
( Lou Ann Smith, Be Decisive )

Sukses adalah...
Menjadi Hamba Allah yang bermanfaat bagi Manusia lainnya
( Nabi Muhammad SAW )

Orang akan jarang menemui kegagalan bila ia keras terhadap dirinya sendiri
( Kong Fu Tsu )

>We can not change the wind direction,but We can change the wing direction.
Kita tidak dapat merubah arah angin, Tetapi kita dapat merubah arah sayap kita, Kita tidak dapat menolak perubahan Tetapi kita dapat menyesuaikan pada perubahan
(Johanes TJ)

Semakin keras Anda bekerja, Semakin sulit untuk menyerah
( Vincent Lombardi )

Tip membangunkan hari menjadi indah:
1. Tersenyum.
2. Tersenyumlah lebih lebar.
3. Katakan dalam hati :"Terima kasih Tuhan atas hari yang indah ini.

Saya akan melakukan yang terbaik pada siapa saja yang kutemui hari ini
(Krishnamurti)

Jenius adalah satu persen ilham Dan sembilan puluh sembilan persen keringat
(Thomas Alva Edison)

Tidak ada pengalaman hidup yang sia-sia, yang ada seringkali orang menyia-nyiakan pengalaman hidupnya
(Samsi Darmawan)
Readmore → kata - kata kiasan

Konfrensi iblis

Dalam suatu konfensi iblis, syaitan dan jin, dikatakan:

"kita tidak dapat melarang kaum muslim ke mesjid dan Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur'an dan mencari kebenaran, Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka Allah dan Pembawa risalahNya (Muhammad SAW), Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh."

lalu iblis berkata :

" Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, Inilah yang akan kita lakukan,
Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!"

para setan dan jin yang datang menghadiri konferinsi tersebut bertanya :

"Bagaimana kami melakukannya?"



dijawab sang Iblis :

"Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka, Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG".

"Bujuk para istri untuk bekerja di luar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu, 10 - 12 jam sehari, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong."

"Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka, Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja".

"Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan di rumah."

"Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan"

"Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC di rumah. Sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus di semua restoran maupun toko2 di dunia ini."

"Hal ini akan mempengaruhi pikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan RasulNya"

"Penuhi meja-meja rumah mereka dengan majalah-majalah dan tabloid".

"Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari".
"Serang mereka dengan berbagai iklan-iklan di jalanan"

"Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog-katalog, undian-undian, tawaran-tawaran dari berbagai macam iklan.Muat gambaran wanita yang cantik itu adalah yang langsing dan berkulit mulus di majalah dan TV, untuk menggiring para suami berpikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri-istri mereka"

"Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala, Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari di luaran"

"Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"


"Terbitkan buku-buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka akan makna shalat"

"Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ke tempat-tempat hiburan, fitness, pertandingan-pertandingan, konser musik dan bioskop "

"Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK."

"Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikkan gosip-gosip dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa-apa"

"Isi kehidupan mereka dengan keindahan-keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah."

"Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan, dan kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat, bukan atas izin Allah."
"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL."

lalu para Syaitan dan jin pun mengatakan :

"RENCANA YANG BAGUS."



lalu Iblis, syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas "MEMBUAT MUSLIM MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG-KABUT, DAN SENANG HURA-HURA". "Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah Sang Pencipta."Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan RasulNya".

Sekarang pertanyaannya adalah :

"APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL???"

ANDALAH YANG MENENTUKAN..!!!
Readmore → Konfrensi iblis